MEKANISME
PEMOTONGAN AYAM
Ayam potong
sebagai produk makanan tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kualitas merupakan
tuntutan yang harus dipenuhi. Sehingga dalam proses pemotongan ayam harus
diperhatikan masalah sanitasi dan nilai estetikanya. Kondisi sekarang ini,
kegiatan proses produksi pemotongan ayam dilakukan secara manual dimana masalah
kebersihan kurang mendapat perhatian yang serius (Marzuki, dkk., 2002).
A.
Pra Pemotongan
a.
Kandang
b.
Transportasi
B.
Proses Pemotongan
Ayam
potong sebagai produk makanan tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kualitas
merupakan tuntutan yang harus dipenuhi. Sehingga dalam proses pemotongan ayam
harus diperhatikan masalah sanitasi dan nilai estetikanya. Kondisi sekarang
ini, kegiatan proses produksi pemotongan ayam dilakukan secara manual dimana
masalah kebersihan kurang mendapat perhatian yang serius.
Penyembelihan
secara halal ada syarat-syarat yang harus dipenuhi se suai dengan ketentuan
Islam, yaitu:
a. Binatang
yang akan disembelih haruslah binatang yang dihalalkan dalam Islam
b. Binatang halal yg akan disembelih harus dalam
keadaan hidup, sehat dan segar
c. Orang yang
menyembelih (jagal) harus beragama Islam
d. Jagal tersebut harus tahu hukum-hukum dan
ketentuan-ketentuan dalam menyembelih hewan
Penyembelihan
hewan dilakukan dengan proses sebagai berikut:
a. Penyembelihan
dilakukan pada saat binatang yang akan disembelih masih hidup dan sehat
b. Sebaiknya binatang yang akan disembelih
disenang-senangkan dulu, tidak stress dan ditempatkan di tempat penampungan
dalam waktu beberapa jam (tidak langsung turun dari kendaraan)
c. Proses
penyembelihan hewan dilakukan dengan memotong tiga saluran, yaitu : saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan pembuluh darah nadi.
d. Pada saat menyembelih hewan dibacakan Asma
Allah SWT (doa menyembelih).
e. Sebaiknya pemotong
melakukan proses penyembelihan dengan menghadap kiblat
f.
Proses pemotongan hanya dilakukan dalam satu
kali pengerjaan, tidak bisa diulang-ulang jika salah satu saluran tersebut
belum terputus
Binatang
harus benar-benar sudah dalam keadaan mati sebelum dilakukan proses lanjutan
(pemberian air panas, penghilangan bulu, pembongkaran karkas, dll)
Untuk membantu proses penyembelihan kadang-kadang RPH menggunakan proses peming sanan (stunning) terhadap hewan yang akan disembelih. Proses pemingsanan itu antara lain dengan menggunakan metoda :
a. Menembak dengan pistol (captive bolt pistol)
Untuk membantu proses penyembelihan kadang-kadang RPH menggunakan proses peming sanan (stunning) terhadap hewan yang akan disembelih. Proses pemingsanan itu antara lain dengan menggunakan metoda :
a. Menembak dengan pistol (captive bolt pistol)
b.
Menyetrumkan aliran listrik
c. Memukul
dengan alat pemukul (hammer)
Penggunaan metode pemingsanan ini masih diizinkan dalam proses penyembelihan halal dengan syarat sebagai berikut :
a.
Hewan yang akan distunning harus dalam keadaan
hidup dan sehat
b. Proses pemingsanan tersebut tidak menyebabkan binatang mati. Hal ini harus dapat dibuktikan dengan proses pemingsanan dan tidak dilanjutkan dengan penyembelihan. Jika binatang itu dapat bangkit kembali, maka proses pemingsanan sudah benar. Tetapi jika binatang itu tidak bangkit lagi dan terus mati, maka proses pemingsanan tidak dapat diterima dan harus diturunkan kadarnya (voltasenya atau kekuatan pistolnya)
c. Proses pemingsanan tersebut tidak menyebabkan kerusakan yang permanen pada kepala dan otak binatang. Kerusakan permanen tersebut antara lain ditandai dengan pecahnya tulang tengkorak atau rusaknya jaringan otak
b. Proses pemingsanan tersebut tidak menyebabkan binatang mati. Hal ini harus dapat dibuktikan dengan proses pemingsanan dan tidak dilanjutkan dengan penyembelihan. Jika binatang itu dapat bangkit kembali, maka proses pemingsanan sudah benar. Tetapi jika binatang itu tidak bangkit lagi dan terus mati, maka proses pemingsanan tidak dapat diterima dan harus diturunkan kadarnya (voltasenya atau kekuatan pistolnya)
c. Proses pemingsanan tersebut tidak menyebabkan kerusakan yang permanen pada kepala dan otak binatang. Kerusakan permanen tersebut antara lain ditandai dengan pecahnya tulang tengkorak atau rusaknya jaringan otak
d. Proses penyembelihan binatang dilakukan
sesaat setelah proses pemingsanan.
Berikut
adalah tahapan penyembelihan Ayam :
1)
Penyembelihan (slaughtering)
Pemotongan unggas menurut
Parry (1989), terbagi dalam dua teknik, yaitu manual dengan memotong
menggunakan pisau pada sisi leher depan bagian kepala unggas dan dikenakan
pada vena jugularis danarteri karotis. Teknik yang
kedua, yaitu pemotongan secara mekanis dengan pisau pemotong otomatis yang
selalu berputar dan digerakkan oleh mesin. Dalam hal ini posisi kepala unggas
yang tepat sangat penting.
Cara pemotongan
ternak unggas yang lazim digunakan di Indonesia yaitu memotong arteri
karotis, vena jugularis, oesophagus, dan trachea.
Pada saat penyembelihan, darah harus keluar sebanyak mungkin. Jika darah dapat
keluar secara sempurna, maka beratnya sekitar 4% dari bobot tubuh. Proses
pengeluaran darah pada ayam biasanya berlangsung selama 50 sampai 120 detik,
tergantung pada besar kecilnya ayam yang dipotong (Soeparno, 1992).
Perendaman (scalding)
Menurut Soeparno
(1992), untuk mempermudah pencabutan bulu, unggas yang telah disembelih
dicelupkan ke dalam air hangat, dengan suhu antara 50 sampai 80OC
selama waktu tertentu.
Pada prinsipnya
ada tiga cara perendaman dalam air hangat, tergantung pada umur dan kondisi
unggas, yaitu (1) perendaman dalam air
hangat 50 sampai 54OC selama 30 sampai 45 detik untuk ayam muda dan
kalkun, (2) perendaman dalam air agak panas 55 sampai 60OC selama 45
sampai 90 detik untuk ayam tua dan (3) perendaman dalam air panas 65 sampai 80OC
selama 5 sampai 30 detik untuk itik dan angsa, kemudian dimasukkan ke dalam air
dingin agar kulit tidak mengelupas. Perendaman dalam air hangat untuk ayam
broiler cukup dilakukan pada temperatur 50 sampai 54OC selama 30
detik.
Perendaman pada
temperatur lebih tinggi dari 58OC dapat menyebabkan kulit menjadi
gelap, lekat, mudah diserang bakteri, sehingga perendaman pada temperatur
tinggi antara 70 sampai 80OC, hanya dilakukan terhadap unggas
kualitas rendah (Swatland, 1984) dalam (Soeparno, 1992).
Pencabutan
bulu (defeathering)
Bulu unggas,
setelah melalui proses scalding dilakukan pembersihan atau
pencabutan, segera setelah scalding dengan menggunakan mesin
pencabut bulu (plucking mnachine).Mesin pencabut bulu memiliki
semacam jari-jari yang berputar sehingga dapat mencabut bulu unggas. Tetapi,
pencabutan bulu bisa juga dengan menggunakan tangan langsung, tetapi cara ini
kurang praktis (Parry, 1989).
Pengeluaran
jerohan (eviscerating)
Setelah
pencabutan bulu atau pembersihan bulu, dilakukan pengeluaran jerohan yang salah
satu caranya adalah sebagai berikut, yaitu proses pengeluaran jerohan dimulai
dari pemisahan tembolok dan trachea serta kelenjar minyak
bagian ekor kemudian pembukaan rongga badan dengan membuat irisan dari kloaka
ke arah tulang dada. Kloaka dan visera atau jerohan dikeluarkan kemudian dilakukan
pemisahan organ-organ yaitu hati dan empedu, empedu dan jantung. Isi empedal
harus dikeluarkan, demikian pula empedal dipisahkan dari bawah columna
vertebralis. Kepala, leher dan kaki juga dipisah (Soeparno, 1992).
Pendinginan
sebelum dipasarkan (chilling)
Chilling adalah proses
dalam penanganan karkas yang bertujuan untuk memperpanjang lama simpan, karena
dapat menghambat aktivitas bakteri sebelum diolah lebih lanjut atau sebelum
sampai ke konsumen (Veerkamp, 1989).
Chilling pada karkas
unggas, biasanya menggunakan pendingin dari air, udara, karbondioksida
dan nitrogen liquid, tetapi yang paling sering digunakan
adalah chillingdengan air dan udara. Temperatur dari pendingin dan
kerapatan antar produk dengan pendingin sangat berpengaruh dalam transfer suhu
saat chilling.
DAFTAR PUSTAKA
Parry, R. T.
1989. Technological Development in Pre-Slaughter Handling and Processing
in Processing of Poultry. Mead, G. C. Elsevier Applied Science. England.
Soeparno. 1992.
Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-1. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Veerkamp, C. H.
1989. Chilling, Freezing and Thawing in Processing of Poultry. Mead, G. C.
Elsevier Applied Science. England.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar